Monday 23 January 2017

Meraih Cita

Saat kita belum juga meraih apa yang kita cita-citakan, kita punya sejuta alasan pembenaran mengapa kita belum juga berhasil meraihnya. 

Kita belum mampu meraihnya karena masih punya kewajiban lain yang harus diselesaikan
Kita belum mampu meraihnya karena badan kita lelah atas aktivitas yang sedemikian rupa
Kita belum mampu meraihnya karena hal itu terlihat sulit dan tidak dapat kita lakukan

Padahal semua orang punya waktu yang sama, 24 jam. Jika kita tak bisa melakukan salah satu target dalam hidup kita, bukan waktunya yang salah, mungkin kita yang tidak bijak membagi  dan mengalokasikan waktunya.

Padahal bukan hanya kita yang dipenuhi padatnya aktivtas. Di luar sana ada orang yang harus bangun sebelum kita bangun, dan baru tidur setelah berjam-jam kita pulas tertidur untuk mengerjakan banyak hal agar terpenuhi semua tanggung jawab dalam dirinya. Jikalaupun padatnya aktivitas menjadikan kita sakit, bukan penyakitnya yang salah, tetapi mungkin kita yang tidak bijak menjaga pola makan dan gaya hidup sehari-hari kita.

Kita tidak pernah tahu sejauh apa yang bisa kita lakukan jika kita memilih diam dan tidak melakukan apa-apa. Di saat kita diselimuti kekhawatiran mengenai betapa sulitnya tantangan di depan mata, orang lain telah lebih dulu sampai di seberang sana.

Yakin dan percaya, karena kita punya Allah Yang Maha Segalanya

Ternyata bukan waktu, tenaga, dan kemampuan yang membuat kita tidak dapat mencapai cita, tetapi iman,niat dan kemauan yang tidak kuat di dalam diri kita

jangan takut akan apa yang ada di depan mata
bukalah mata dan hadapi dengan senyuman

Saturday 21 January 2017

Matahari Tenggelam


Matahari sedang tenggelam. Tapi ia tidak hilang. Cahayanya dititipkan pada bulan malam ini untuk menemani jiwa yang sedang hanyut di dalam kelam.

Matahari sedang tenggelam. Tapi ia tidak pernah ingkar. Sinarnya dipancarkan pada bumi esok nanti untuk menyalakan jiwa semangat yang hampir hampir padam.

Aku terdiam. Kamu matahari yang tenggelam.

Saturday 14 January 2017

Best Lessons in 2016

Saya tidak pernah merayakan tahun baru. Jadi saya tidak pernah tahu bagaimana hiruk pikuknya di luar sana dalam menanti pergantian tahun. Malam 31 Desember saya seperti malam-malam biasanya. Saya makan bersama keluarga di rumah, dan kemudian pergi tidur jam 10 malam. Tidak ada yang spesial. Tidak terasa sudah setengah bulan kita menginjak tahun 2017. Tahun baru bagi saya menjadi momen di mana saya bisa mengevaluasi skala panjang perjalanan hidup saya, meskipun setiap hari kita belajar memperbaiki diri dari hari kemarin, tapi dalam hitungan tahun kita bisa mengukur diri kita sendiri, telah berjalan sampai di mana, telah bermanfaat untuk apa saja, dan telah menjadi lebih baik kah kualitas diri kita.
Tahun 2016 kemarin saya mendapatkan banyak pembelajaran yang bisa saya petik, baik itu yang saya alami sendiri, dari pengalaman orang lain, atau dari fenomena di sekitar yang saya amati. Mengingat tahun 2017 adalah waktu di mana saya akan membuat banyak keputusan besar, maka saya ingin merefleksikan apa yang telah saya lalui di tahun 2016 untuk menjadi catatan yang suatu saat nanti bisa saya ingat dan saya renungkan lagi.
Di dalam catatan saya, saya telah merangkum beberapa pelajaran besar yang saya dapatkan pada 2016. Secara garis besar pelajaran terbaik yang saya dapatkan adalah hal-hal di bawah ini:

1.  Belajar Melepaskan Sesuatu

Alias belajar move on. Haha. Intinya ketika kita melepaskan sesuatu karena Allah dan menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah, Allah pasti akan memberi kita ganti dengan sesuatu yang jauh lebih baik. Alhamdulillaah, Allah memberikan pencerahan :))

Ketika aku berdoa, dan Allah mengabulkan aku bahagia. Ketika aku berdoa dan Allah menggantinya dengan yang lain, maka aku lebih bahagia. Karena yang pertama adalah pilihanku. Sedang yang kedua adalah pilihan Allah.

2.  Belajar Memimpin Organisasi

Saya percaya bahwa akan lebih baik jika di dalam hidup, kita pernah merasakan untuk dipimpin; memimpin dan dipimpin; dan memimpin. 
                                                 
Tahun 2016, ketika saya menjalani semester dua di Kenotariatan, dengan pertimbangan yang banyak akhinya saya turut serta mewakili suara kelas untuk menjadi calon ketua. Saya harus berkampanye, melakukan debat publik, hingga pemilu. Sesuatu yang benar-benar baru dan tidak pernah ada di bayangan saya, harus saya lalui dengan sebaik-baiknya.

Sekarang sudah hampir delapan bulan saya memimpin organisasi ini, begitu banyak pelajaran besar yang saya dapatkan. Bagaimana berkomunikasi dengan berbagai karakter yang berbeda, bagaimana menampung begitu banyak pendapat dan memutuskan sesuatu tanpa mengesampingkan yang lain, bagaimana menjalankan organisasi ini agar bisa bermanfaat bagi semuanya. Sebuah amanah besar di pundak yang kadang membuat saya ingin menyerah. Tapi semangat teman-teman membuat saya selalu bangkit lagi dan yakin bahwa semua akan baik-baik saja. Laa haula wa laa quwwata illa billaah.


  

3. Belajar Membagi Peran

Pada Agustus 2016, Bapak saya memasuki usia purna tugas. Maka setelah itu praktis, Bapak menghabiskan banyak waktunya di rumah. Inilah yang menjadi acuan sendiri dalam diri saya bahwa sebisa mungkin begitu ada waktu luang saya menyempatkan pulang ke Klaten untuk bertemu dengan orang tua. Di samping itu, mama juga harus meluangkan banyak waktu di luar karena harus mengabdi pada masyarakat, maka Bapak jadi lebih sering sendiri di rumah. Saya harus bisa membagi waktu, terutama ketika mulai padatnya kegiatan organisasi, agar saya tetap bisa ada ketika Bapak dan Mama butuh saya (biasanya sih saya selalu jadi diminta untuk mengantar pergi ke suatu acara atau jika sudah waktunya Bapak untuk berobat). Usia saya sudah dua puluh empat tahun. Saya merasa ini adalah kesempatan emas saya sebagai anak perempuan, sebelum menikah. Karena ketika menikah, bakti utama saya adalah untuk suami saya, pasti tidak akan bisa lagi saya mengabdi sepenuhnya 24/7 seperti sekarang. 



4. Belajar Menjadi “Wanita”

Melihat sahabat-sahabat baik saya sudah menjadi wanita yang seutuhnya (re: ibu) maka mau tidak mau menggugah saya untuk belajar dari mereka. Saya menjadi saksi perjalanan cinta mereka hingga menuju ke pernikahan. Kadang masih tidak percaya, sahabat yang sering saya ajak curhat tengah malam, saya ajak pergi randomly ke suatu tempat, menggila bersama, sekarang sudah menjadi sosok seorang ibu yang anggun dan cantik dengan aura keibuannya. Kagum sendiri rasanya. Hehe. Saya belajar banyak dari Amel, Etsa, dan Fikria. Kapan-kapan mungkin saya bisa cerita banyak tentang mereka. Bikin pengen segera menikah. hihi semoga tahun ini Allah memberi jalan. Aamiiin.






5. Belajar Berbagi

        Saya suka mengikuti komunitas sosial sebagai pengisi waktu luang dan hiburan bagi hati. Tahun ini, saya mencari kegiatan sosial apa yang ada di   Klaten, sekalian belajar mengenal daerah-daerah di Klaten. Akhirnya saya menemukan Kelas Inspirasi Klaten yang ketika itu sedang open  recruitment relawan. Saya pun kemudian mendaftar menjadi relawan dokumentator. Tugas relawan dokumentator adalah mengabadikan setiap  momen-momen yang ada saat kelas inspirasi berlangsunng baik dalam bentuk foto maupun video. Selain relawan dokumentator, ada juga relawan  pengajar, dan panitianya. Relawan pengajar adalah para profesional/praktisi yang tugasnya memberikan inspirasi pada anak-anak terkait dengan  pekerjaan yang ia tekuni. Di sinilah poin penting dari Kelas Inspirasi, karena kita ingin membuka wawasan adik-adik agar berani bermimpi dan  bercita-cita. Kita ingin membuka pikiran adik-adik bahwa banyak sekali lho pekerjaan-pekerjaan keren di luar sana yang bukannya tidak mungkin  mereka bisa menjadi salah satunya. Hawa positif terasa sekali saat itu, jadi bukan hanya adik-adik yang tertular semangatnya, tapi para relawan juga  jadi dapat suntikan semangat baru. Seperti siklus. Berbagi memang bikin kecanduan. Saya mendaftar lagi di tahun ini, semoga tidak kalah seru dan  membahagiakan ya :)





Dalam hidup, kita harus terus belajar, karena setiap orang adalah guru dan setiap tempat adalah sekolah. Semoga kita selalu bisa mengambil makna dan hikmah dalam setiap keadaan. Alhamdulillaah untuk setiap hal yang telah kita lalui, bismillaah untuk setiap hal yang ada di depan kita. 2017, Teruslah bermanfaat untuk sesama dan bergerak menjadi seseorang yang lebih baik.

Sunday 1 January 2017

Postingan Pertama

Yuhuuu blog pertama, sebelumnya punya miniblog di tumblrku , tapi aku merasa kadang ga semua hal bisa aku curahkan panjang lebar dalam tumblr. Aku pikir tumblr lebih pas untuk menampung ingatan sesaat, dan momen momen tertentu, atau kata-kata yang menginspirasiku. Di tumblr aku menemukan banyak orang berbagai macam karakter dengan pemikiran-pemikiran yang hebat. Itulah yang aku kagumi dari tumblr, di sana tidak ada penampilan berapa follower kita, dan banyak nama yang anonim. Jadi aku merasa, tumblr itu benar-benar berisi tulisan yang jujur,kita berteman dengan tulus, bukan demi banyak atau tidaknya follower tapi lebih kepada kekaguman kita akan buah pikiran seseorang.

Aku rasa, aku butuh media lain yang memungkinkan aku untuk bisa bercerita panjang lebar, hehe hingga aku mulai terpikir untuk membuat blog ini. Supaya lebih afdhol rasanya aku perlu membuka tulisan pertama dengan deskripsi singkat tentang diriku di sini.

Namaku Bangkit Kushartinah, teman-teman biasa panggil aku Bangkit. Sekilas kalau cuma tau nama, biasa dikira laki-laki. Bahkan SIM ku pernah selama lima tahun jenis kelaminnya PRIA L wkwk waktu minta ganti, kata polisinya nanti aja waktu ganti  perpanjangan SIM sekalian. Yaudahlah ya, lagian dilihat dari luar juga udah cukup meyakinkan kok kalo aku perempuan. Haha. Alhamdulillaah sekarang SIM udah perpanjangan jadi aku bisa menjadi WANITA seutuhnya.

Saat aku menulis ini, aku sedang menempuh kuliah S2 Magister Kenotariatan di sebuah Universitas Negeri di DI Yogyakarta. Aku menempuh kuliah ini sebagai bagian dari pendidikan yang harus aku tempuh untuk bisa menjadi Notaris/PPAT. Insha Allah, tahun ini (harus) udah lulus dan biar cepat magang dan buka praktek sendiri.

Tahun ini aku Insha Allah, jika Allah masih memberiku kesempatan, akan berusia 25 tahun. Aku adalah anak terakhir dari empat bersaudara, dimana ketiga kakakku sudah menikah. If you know what i mean, tentunya apa one of my wishlist in this year. Hehe. Weekend dan tanggal merah adalah waktu yang tidak bisa diganggu gugat untuk keluarga. Di waktu itu aku hampir selalu di rumah berkumpul bersama keluarga, apalagi keenam ponakanku yang lucu lucu selalu datang di Sabtu dan Minggu.

Aku lahir dan besar di Kota Solo. Sebuah kota kecil yang saaangat nyaman untuk ditinggali dan mulai dikenal banyak orang sejak salah satu putra daerahnya menjadi seseorang yang sangat berpengaruh di Indonesia dalam kurun beberapa tahun ini. Tapi sekarang, sejak kuliah, aku tinggal di Klaten, mengikuti orang tuaku tinggal. Sedangkan dalam enam tahun ini aku juga tinggal di kost ku di Yogyakarta karena sejak S1 aku kuliah di sana. Jadi Jogja-Klaten-Solo adalah tiga tempat yang gabisa terpisahkan dalam keseharianku, karena setiap minggu, minimal aku selalu mengunjungi ketiga tempat itu dengan urusan yang berbeda-beda.

Sejak aku kelas 3 SD, aku tidak tinggal dengan orangtua, karena orangtuaku pindah di Klaten. Tidak jauh memang, tapi memang kami jarang bertemu, dulu. Sejak saat itu aku harus bisa mulai belajar mandiri. Itulah kenapa kadang aku terbiasa melakukan apa-apa sendiri. Tanpa sadar sejak saat itu aku mulai suka menulis. Aku baru menyadari ketika beberapa tahun lalu menemukan beberapa tulisanku sendiri ketika SD, SMP, SMA. Agak aneh dan lucu kalau mengingat-ingat momen-momen yang aku tulis sendiri.

Ketika kuliah, aku  malah jarang menulis tentang keseharianku. Aku lebih suka menulis tentang fenomena di masyarakat atau tentang nilai-nilai kehidupan yang aku cermati. Selain itu, aku mulai menyukai puisi. Tapi semua hanya mendarat dalam notes handphone ku. Dari kesemuanya hanya beberapa saja yang aku post di tumblr. Makanya aku rasa aku memang perlu sebuah blog untuk bisa menampung semua pikiran atau pengalaman yang aku alami. Semoga suatu saat, bisa menjadi hikmah bagiku atau orang yang membacanya.

Aku ingin merasakan perasaan itu lagi, perasaan di mana suatu hari nanti aku membaca tulisan ku, dan tersenyum, sedih, atau tertawa ketika mengingat-ingat kembali setiap peristiwa yang bahkan aku hampir lupa pernah mengalaminya.

"ingatan kita terbatas, tapi tulisan membawa kita ke dalam sebuah masa tanpa batas"

Bismillaah, lets blogging!

Hidup Adalah Seni Menjadi Stranger (Sebuah Perjalanan Mengenal Career Class)

Saat aku udah mulai stuck , biasanya aku akan "berkelana" menjadi stranger. Masuk ke lingkungan yang benar-benar baru, nggak ada t...