Monday 24 October 2022

Hidup Dalam Layar

Begitu tergantungnya kita dengan gadget atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan gawai. Ketika bangun pagi, tangan langsung meraba di mana gawai diletakkan. Padahal niatnya hanya melihat jam tetapi ternyata banyak notifikasi pemberitahuan yang belum kita buka. Penasaran kita bukalah satu per satu. Tak terasa telah lewat 15 menit sejak azan subuh berkumandang. Tanggung dalam hati. Akhirnya setelah 30 menit barulah kita beranjak dari tempat tidur.

Selesai sholat kembali kita lihat gawai barangkali ada pesan yang belum dibuka. Lalu kita bersiap berangkat kerja dan sampai di tempat kerja gawai jua yang menjadi hiburan. Baru mengetik dua halaman kita sudah bosan lalu kita buka gawai kita. Bila perlu kita sambungkan jua ke laptop supaya notifikasi mudah kita lihat dari layar laptop sembari kita bekerja.

Saat makan siang kita pergi untuk makan dan kemudian kita makan sambil melihat gawai. "Ada postingan apa ya, wah ini lucu deh, ooh ini yang baru ramai dibicarakan" dan sebagainya. Selepas makan siang kita kembali ke kantor, tapi masih ada waktu istirahat, kita bisa leluasa menertawakan akun-akun receh di sosial media. Hingga akhirnya kita lanjutkan pekerjaan (sambil melihat gawai) sampai waktu pulang tiba. 

Sesampainya di rumah betapa leganya bisa merebahkan badan apalagi kalau sambil membuka linimasa sosial media. Pasangan kitapun melakukan hal yang sama. Akhirnya rumah hanya sebagai tempat tinggal yang sama bukan tempat tinggal bersama. Badan kita, fisik kita memang di tempat yang sama tapi hati dan pikiran kita tidak ada di sana.

Anak kita penuhi dengan berbagai permainan dan fasilitas yang terbaik sebagai penggugur kewajiban orang tua. Kalau perlu diberikan gawai juga supaya puas melihat video-video kesukaannya entah apa ya yang dia suka, entah siapa nama teman sebangkunya di sekolah, sepertinya kita sudah lupa, atau tidak pernah tahu(?)

Malam semakin larut dan tanpa sadar kita tertidur begitu saja.

Begitulah rutinitas kehidupan kita. Semua berulang setiap hari dan tanpa sadar kita kehilangan banyak waktu dan kenangan. Waktu yang kita gunakan untuk bermunajat padaNya, waktu berbagi cerita dengan pasangan, waktu bermain dengan anak, waktu makan bersama, waktu untuk bekerja yang maksimal, waktu untuk memperhatikan lawan bicara, waktu untuk sekedar berbincang dengan kawan, waktu untuk memperhatikan sekitar. Ternyata semua berlalu begitu saja. Waktu kita lebih banyak dihabiskan pada dunia yang ada pada layar. Perlahan kita pun kehilangan dunia kita yang sebenarnya.

Letakkan sejenak gawaimu, lihat sekitarmu, dan nikmatilah momenmu.

Boalemo, 2022

Mencari Makna dalam Sepi

 


dulu aku pikir duduk sendirian menatap bulan itu terlihat seperti orang yang sedang kesepian. tapi ternyata justru dalam kesendirian itu aku bisa membuat jeda untuk mengenal diri lebih dalam. mensyukuri apa yang telah dilewati, mempersiapkan diri untuk apa yang hendak dihadapi. ternyata, dunia ini tidak sepi sepanjang kepala kita masih mengetahui untuk apa kita ada di sini.

setelah menghadapi banyak hal aku baru menyadari bahwa kesepian yang sebenarnya adalah ketika kita telah melakukan banyak hal, mendapatkan banyak hal, dikelilingi banyak hal, tapi tak merasakan apa apa. sebuah hidup tanpa tujuan.

aku ingin hidup yang bukan sekedar hidup. karena ada yang membedakan kita, manusia, diantara semua makhluk hidup, yaitu akal dan pikiran.

dunia ini sudah dipenuhi oleh jutaan atau bahkan milyaran manusia. kita hidup di bumi, sebuah bagian yang sangat kecil di dalam tata surya.

besar dan indahnya alam semesta menunjukkan bahwa semesta ada karena ada Sang Pencipta.
teraturnya alam semesta menunjukkan bahwa semesta ada karena diatur oleh Yang Maha Mengatur segalanya.

kita diciptakan pasti ada tujuannya.
segala sesuatu terjadi pasti ada hikmahnya.

pernahkah kita berpikir untuk apa kita ada?
apa tujuan hidupmu hingga hari ini?
_______________________

sebuah catatan lama
dan foto selumbari malam

Hidup Adalah Seni Menjadi Stranger (Sebuah Perjalanan Mengenal Career Class)

Saat aku udah mulai stuck , biasanya aku akan "berkelana" menjadi stranger. Masuk ke lingkungan yang benar-benar baru, nggak ada t...