Sunday 23 April 2017

Tujuan Hidup

ksepian itu bukanlah ketika sendiri tanpa pasangan, karena sejatinya kita masih punya keluarga dan banyak teman.
kesepian itu bukanlah ketika sendiri dalam ruangan, karena imaji pun bisa membawa kita pergi menelusuri harapan dan angan-angan.

kesepian yang sebenarnya adalah ketika kita telah melakukan banyak hal, mendapatkan banyak hal, tapi tak merasakan apa apa. itulah sebuah hidup tanpa tujuan.

hiduplah bukan sekedar hidup. karena ada yang membedakan kita, manusia, diantara semua makhluk hidup,yaitu akal pikiran.

dunia ini sudah dipenuhi oleh jutaan atau bahkan milyaran manusia. kita hidup di dunia, sebuah bagian yang sangat kecil di dalam tata surya.

besar dan indahnya alam semesta
menunjukkan bahwa semesta ada karena ada Sang Pencipta
teraturnya alam semesta menunjukkan bahwa semesta ada karena diatur oleh Yang Merajai Alam Semesta

tidak pernahkah kita berpikir untuk apa kita ada?
apa tujuan hidupmu hingga hari ini?

Sunday 9 April 2017

Hormatku untuk Ibumu

Aku kehilangan seseorang yang belum sempat aku berkenalan dengannya
Tapi aku mengenalnya dari banyak ceritamu akan setiap kebaikannya

Aku kehilangan seseorang yang belum sempat aku menemuinya
Tapi aku mengetahui wajah dan sosoknya dari gambar yang kamu simpan karena kenangan di dalamnya

Aku kehilangan seseorang yang belum sempat aku  cium tangannya
Tapi aku menghormati dari lubuk hatiku yang paling dalam kepadanya

Beliau adalah alasan kamu berjuang dengan keras, berpikir dengan cerdas, bersikap dengan tegas, dan bersabar tiada batas

Orang yang kita sayang, tidak pernah benar-benar meninggalkan kita, mereka tetap tinggal di hati kita

Maka sapalah dalam doa, Selamatkanlah beliau melalui khusyuknya ibadah, Semoga kamulah amal jariyah, seorang anak sholeh yang menjadi kuncinya menuju jannah.

Ya Allah ampunilah dosanya, terimalah semua amal kebaikannya, lapangkanlah kuburnya, indahkanlah penantian hari akhirnya dengan menggantikan sempitnya alam kubur menjadi pemandangan surga seluas mata memandang.

Ibu Susilowati, terima kasih, karena telah  mendidik seorang anak hingga menjadi teman yang hebat dan kukagumi.

Hormatku untuk Ibumu,
yang telah pergi lebih dulu

1Minggu1Cerita
Klaten 9 April 2017

Sunday 2 April 2017

Menguatkan Sinyal-Sinyal Rezeki

Setiap orang memiliki fasenya masing-masing. Kita terkadang membandingkan diri kita dengan orang lain. Kita melihat si A sudah bekerja di suatu perusahaan ternama atau si B sudah menikah dan memiliki seorang bayi yang mungil dan lucu.

Mencari lebih nya seseorang tidak akan ada habisnya jika hanya materi yang jadi tolak ukur utama. Sebaliknya, bila kita merubah sudut pandang dengan merasa cukup terhadap apa yang kita punya, maka kita akan hidup dengan dipenuhi rasa syukur. Ketika melihat A sudah bekerja, rasanya ikut senang melihat A mendapatkan mimpinya, ia pasti telah berjuang dengan keras, alhamdulillaah aku bisa belajar banyak dari perjuangannya. Ketika melihat B sudah menikah dan memiliki anak, kita ikut bergembira atasnya dan mendoakan mereka jadi keluarga yang diridhoi Allah, alhamdulillaah mungkin Allah memberikan aku waktu lebih agar kumanfaatkan waktu yang ada untuk berbakti penuh pada orang tua.

Usia, Rezeki, dan Jodoh adalah Takdir yang sudah ditetapkan 


Semua telah tertulis jauh sebelum kita lahir ke dunia. Tidak akan ada yang luput. Seseorang tidak akan meninggal hingga dicukupkan seluruh rezeki yang telah digariskan baginya. Sebenarnya justru rezekilah yang mencari kita. tinggal bagaimana kita menjadi pribadi yang siap menjemput rezeki. Maka jangan takut tidak mendapat rezeki, tetapi takutlah jika kita tidak mengenal siapa Pemberi Rezeki. Takutlah tidak tahu bagaimana cara yang benar menjemput rezeki, tidak tahu syukur atas rezeki yang kita nikmati, tidak bersabar ketika Allah menahan rezeki yang ingin kita miliki, tidak ikhlas ketika Allah mengambil apa yang dititipi.


“Allah tidak merubah nasib suatu kaum jika ia tidak merubah nasibnya sendiri"



Rezeki sudah ada, Allah sudah ciptakan dan sediakan tempatnya.
Tinggal kita yang merubah diri kita.
Berubah
dari abai menjadi patuh,
dari malas menjadi rajin,
dari lalai menjadi taat,
dari lupa menjadi ingat.


Maka Allah akan menuntun. Allah akan memngaruniai kita sebuah kecenderungan hati. Keinginan kita akan menginginkan apa yang sudah ditetapkan. Diri kita akan bergerak menuju apa yang telah disediakan. Sama rasanya seperti orang yang sedang dituntun. Yang tadinya tidak mungkin menjadi mungkin, yang tadinya tidak bisa menjadi bisa. Sehingga membuat kita bekerja, atau belajar, atau berjuang menjadi tenang, tidak resah.


Jika kita tidak taat, lalai sholat, enggan sedekah, bahkan ke masjid pun jarang, dengan mudah Allah akan mencabut ketenangan hati kita. Hati rasanya akan lelah sekali. Meskipun dunia ada di tangan tetapi hati tak jua tenang. Mendapat rezeki tapi tidak ada harganya. Memiliki semuanya tapi tidak menikmatinya. Mirip seperti anak kecil yang merengek minta petasan. Ia bersikeras merengek di pasar agar dibelikan petasan. Jika bisa, petasan terbesarlah yang ia bawa pulang. Tetapi ketika hendak dinyalakan, ia mundur, ia suruh orang lain menyalakannya. Ketika petasan sudah dinyalakan, ia pun sembunyi menutup telinganya, dan orang lain yang menikmati dan melihatnya.


Banyak manusia seperti itu.
Pontang - panting setiap hari tapi tidak mendapat apa-apa. Hampa.
Kita mencari kesibukan dan kesenangan di luar sana. Kita mencari kebahagiaan hingga jauh kesana, padahal kebahagiaan tak pernah kemana mana. Ia ada dalam hati kita.
Hati yang tenang dan penuh iman.


Apa yang menjadi milik kita, tidak akan menjadi milik orang lain, karena rezeki tidak mungkin tertukar. Jangan lupa bahwa rezeki itu amat luas. Bukan hanya materi, tapi kebahagiaan dikelilingi keluarga yang menyayangi, banyak teman yang menemani, punya rasa aman dan nyaman saat bangun di pagi hari, bahkan sebuah tidur nyenyak di malam hari, pun adalah rezeki. Semua yang ada pada kita adalah rezeki dari Allah.


Rezeki ada dimana-mana, jika masih merasa kurang, mungkin "sinyal" kita yang bermasalah. Sudah yakinkah kita dengan rezeki yang akan datang? Sudah syukurkah kita pada rezeki yang sudah ada?

 Rezeki sudah diberikan oleh Allah, sudah diatur dan tersebar dengan luas, untuk menemukannya kita butuh badan yang tak kenal lelah, jiwa yang kaya syukur dan hati yang penuh ikhlas.



Hari ini kamu kelelahan menjemput rezekimu.
Esok hari, rezeki yang menjemputmu, mengejarmu.
Berlelah-lelahlah, hingga rasa lelah kelelahan mengikutimu
-Prawita Mutia-


Minggu kesepuluh dalam 1Minggu1Cerita
Yogyakarta, 2 April 2017

Hidup Adalah Seni Menjadi Stranger (Sebuah Perjalanan Mengenal Career Class)

Saat aku udah mulai stuck , biasanya aku akan "berkelana" menjadi stranger. Masuk ke lingkungan yang benar-benar baru, nggak ada t...