Saturday 14 January 2017

Best Lessons in 2016

Saya tidak pernah merayakan tahun baru. Jadi saya tidak pernah tahu bagaimana hiruk pikuknya di luar sana dalam menanti pergantian tahun. Malam 31 Desember saya seperti malam-malam biasanya. Saya makan bersama keluarga di rumah, dan kemudian pergi tidur jam 10 malam. Tidak ada yang spesial. Tidak terasa sudah setengah bulan kita menginjak tahun 2017. Tahun baru bagi saya menjadi momen di mana saya bisa mengevaluasi skala panjang perjalanan hidup saya, meskipun setiap hari kita belajar memperbaiki diri dari hari kemarin, tapi dalam hitungan tahun kita bisa mengukur diri kita sendiri, telah berjalan sampai di mana, telah bermanfaat untuk apa saja, dan telah menjadi lebih baik kah kualitas diri kita.
Tahun 2016 kemarin saya mendapatkan banyak pembelajaran yang bisa saya petik, baik itu yang saya alami sendiri, dari pengalaman orang lain, atau dari fenomena di sekitar yang saya amati. Mengingat tahun 2017 adalah waktu di mana saya akan membuat banyak keputusan besar, maka saya ingin merefleksikan apa yang telah saya lalui di tahun 2016 untuk menjadi catatan yang suatu saat nanti bisa saya ingat dan saya renungkan lagi.
Di dalam catatan saya, saya telah merangkum beberapa pelajaran besar yang saya dapatkan pada 2016. Secara garis besar pelajaran terbaik yang saya dapatkan adalah hal-hal di bawah ini:

1.  Belajar Melepaskan Sesuatu

Alias belajar move on. Haha. Intinya ketika kita melepaskan sesuatu karena Allah dan menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah, Allah pasti akan memberi kita ganti dengan sesuatu yang jauh lebih baik. Alhamdulillaah, Allah memberikan pencerahan :))

Ketika aku berdoa, dan Allah mengabulkan aku bahagia. Ketika aku berdoa dan Allah menggantinya dengan yang lain, maka aku lebih bahagia. Karena yang pertama adalah pilihanku. Sedang yang kedua adalah pilihan Allah.

2.  Belajar Memimpin Organisasi

Saya percaya bahwa akan lebih baik jika di dalam hidup, kita pernah merasakan untuk dipimpin; memimpin dan dipimpin; dan memimpin. 
                                                 
Tahun 2016, ketika saya menjalani semester dua di Kenotariatan, dengan pertimbangan yang banyak akhinya saya turut serta mewakili suara kelas untuk menjadi calon ketua. Saya harus berkampanye, melakukan debat publik, hingga pemilu. Sesuatu yang benar-benar baru dan tidak pernah ada di bayangan saya, harus saya lalui dengan sebaik-baiknya.

Sekarang sudah hampir delapan bulan saya memimpin organisasi ini, begitu banyak pelajaran besar yang saya dapatkan. Bagaimana berkomunikasi dengan berbagai karakter yang berbeda, bagaimana menampung begitu banyak pendapat dan memutuskan sesuatu tanpa mengesampingkan yang lain, bagaimana menjalankan organisasi ini agar bisa bermanfaat bagi semuanya. Sebuah amanah besar di pundak yang kadang membuat saya ingin menyerah. Tapi semangat teman-teman membuat saya selalu bangkit lagi dan yakin bahwa semua akan baik-baik saja. Laa haula wa laa quwwata illa billaah.


  

3. Belajar Membagi Peran

Pada Agustus 2016, Bapak saya memasuki usia purna tugas. Maka setelah itu praktis, Bapak menghabiskan banyak waktunya di rumah. Inilah yang menjadi acuan sendiri dalam diri saya bahwa sebisa mungkin begitu ada waktu luang saya menyempatkan pulang ke Klaten untuk bertemu dengan orang tua. Di samping itu, mama juga harus meluangkan banyak waktu di luar karena harus mengabdi pada masyarakat, maka Bapak jadi lebih sering sendiri di rumah. Saya harus bisa membagi waktu, terutama ketika mulai padatnya kegiatan organisasi, agar saya tetap bisa ada ketika Bapak dan Mama butuh saya (biasanya sih saya selalu jadi diminta untuk mengantar pergi ke suatu acara atau jika sudah waktunya Bapak untuk berobat). Usia saya sudah dua puluh empat tahun. Saya merasa ini adalah kesempatan emas saya sebagai anak perempuan, sebelum menikah. Karena ketika menikah, bakti utama saya adalah untuk suami saya, pasti tidak akan bisa lagi saya mengabdi sepenuhnya 24/7 seperti sekarang. 



4. Belajar Menjadi “Wanita”

Melihat sahabat-sahabat baik saya sudah menjadi wanita yang seutuhnya (re: ibu) maka mau tidak mau menggugah saya untuk belajar dari mereka. Saya menjadi saksi perjalanan cinta mereka hingga menuju ke pernikahan. Kadang masih tidak percaya, sahabat yang sering saya ajak curhat tengah malam, saya ajak pergi randomly ke suatu tempat, menggila bersama, sekarang sudah menjadi sosok seorang ibu yang anggun dan cantik dengan aura keibuannya. Kagum sendiri rasanya. Hehe. Saya belajar banyak dari Amel, Etsa, dan Fikria. Kapan-kapan mungkin saya bisa cerita banyak tentang mereka. Bikin pengen segera menikah. hihi semoga tahun ini Allah memberi jalan. Aamiiin.






5. Belajar Berbagi

        Saya suka mengikuti komunitas sosial sebagai pengisi waktu luang dan hiburan bagi hati. Tahun ini, saya mencari kegiatan sosial apa yang ada di   Klaten, sekalian belajar mengenal daerah-daerah di Klaten. Akhirnya saya menemukan Kelas Inspirasi Klaten yang ketika itu sedang open  recruitment relawan. Saya pun kemudian mendaftar menjadi relawan dokumentator. Tugas relawan dokumentator adalah mengabadikan setiap  momen-momen yang ada saat kelas inspirasi berlangsunng baik dalam bentuk foto maupun video. Selain relawan dokumentator, ada juga relawan  pengajar, dan panitianya. Relawan pengajar adalah para profesional/praktisi yang tugasnya memberikan inspirasi pada anak-anak terkait dengan  pekerjaan yang ia tekuni. Di sinilah poin penting dari Kelas Inspirasi, karena kita ingin membuka wawasan adik-adik agar berani bermimpi dan  bercita-cita. Kita ingin membuka pikiran adik-adik bahwa banyak sekali lho pekerjaan-pekerjaan keren di luar sana yang bukannya tidak mungkin  mereka bisa menjadi salah satunya. Hawa positif terasa sekali saat itu, jadi bukan hanya adik-adik yang tertular semangatnya, tapi para relawan juga  jadi dapat suntikan semangat baru. Seperti siklus. Berbagi memang bikin kecanduan. Saya mendaftar lagi di tahun ini, semoga tidak kalah seru dan  membahagiakan ya :)





Dalam hidup, kita harus terus belajar, karena setiap orang adalah guru dan setiap tempat adalah sekolah. Semoga kita selalu bisa mengambil makna dan hikmah dalam setiap keadaan. Alhamdulillaah untuk setiap hal yang telah kita lalui, bismillaah untuk setiap hal yang ada di depan kita. 2017, Teruslah bermanfaat untuk sesama dan bergerak menjadi seseorang yang lebih baik.

No comments:

Post a Comment

Hidup Adalah Seni Menjadi Stranger (Sebuah Perjalanan Mengenal Career Class)

Saat aku udah mulai stuck , biasanya aku akan "berkelana" menjadi stranger. Masuk ke lingkungan yang benar-benar baru, nggak ada t...