Sunday 5 March 2017

Tiket yang Hangus

Suatu hari, pukul tiga dini hari saya sudah berangkat ke bandara padahal jam keberangkatan pesawat saya masih pukul enam. Saya berpikir daripada terjebak padatnya jalanan di jam masuk kerja lebih baik saya datang jauh sebelum waktu keberangkatan.

Sesampainya di bandara, ternyata yang berpikir demikian bukan hanya saya. Pada waktu menjelang subuh, bandara sudah penuh dengan orang yang berangkat di pagi buta. semua itu tujuannya hanya satu, tak ingin terlewat waktu agar tiketnya tak menjadi hangus.

Sekilas kejadian itu hanyalah kejadian biasa dan lumrah dalam suatu perjalanan. Tapi tiba-tiba sesuatu menyesakkan dada saya. Saya berpikir bahwa ternyata kita -manusia- selalu berusaha sebisa mungkin siap datang lebih awal hanya karena takut tertinggal pesawat menuju tujuan kita.

Sedangkan untuk sholat, kita tak segan menunda nunda bahkan tak merasa sesal bila waktunya berlalu begitu saja. Subuh kesiangan, dzuhur dan ashar kelupaan, maghrib kelewatan, dan isya kelelahan. Padahal, justru sholat nantilah yang akan menjadi tiket kendaraan utama menuju tujuan akhir hidup kita.

Berapa banyak kah tiket kita yang hangus hingga hari ini...?

Sesungguhnya pertama kali yang dihisab (ditanya dan diminta pertanggungjawaban) dari segenap amalan seorang hamba di hari kiamat kelak adalah shalatnya. Bila shalatnya baik maka beruntunglah ia dan bilamana shalatnya rusak, sungguh kerugian menimpanya.” (HR. Tirmidzi)


Minggu Keenam pada 1Minggu1Cerita
Klaten, 5 Maret 2017


No comments:

Post a Comment

Hidup Adalah Seni Menjadi Stranger (Sebuah Perjalanan Mengenal Career Class)

Saat aku udah mulai stuck , biasanya aku akan "berkelana" menjadi stranger. Masuk ke lingkungan yang benar-benar baru, nggak ada t...