Sunday 17 October 2021

Menunggu atau Mendahului

 

Sudah lama saya tidak menulis di blog ini sampai-sampai saya bingung apa yang hendak saya tuliskan. Oke sepertinya bisa dimulai dengan bring back memories terhadap sebuah foto. Ini foto yang saya pilih untuk diceritakan. Sebenarnya foto di atas saya ambil pada bulan April 2021, di Boalemo, tempat saya tinggal saat ini. Di sini memang banyak gerobak sapi. Tapi foto itu membuat memori saya kembali pada suatu hari di Bandar Lampung.

Suatu hari saya sedang dalam perjalanan menuju suatu tempat, kebetulan saya tidak melewati jalan utama saat itu dan lebih memilih melewati jalan di tengah pemukiman. Tapi ternyata saat itu jalan yang saya lewati macet panjang sekali. Entah apa yang menyebabkan lalu lintas tidak lancar. Padahal di hari biasa tidak sepadat itu. Saking penasaran, maka saya tengok keluar untuk mencari tahu ada apa di ujung sana. Setelah saya menengok keluar ternyata jalanan hampir macet karena di ujung jalan ada gerobak sapi yang jalannya pelan sekali. Bentuk gerobak sapinya mirip dengan foto yang saya ambil di atas tetapi kondisi jalannya tidak sesepi itu. Seingat saya kondisi jalan saat itu hanya dua jalur berlawanan arah yang sama padatnya, sehingga tidak memungkinkan bagi saya untuk mendahului kendaraan di depan saya.

Hihihi lucu juga ya, ternyata mesinpun tetap harus mengalah kepada sapi. Lalu pikiran saya berkelana. Kendaraan sebaik dan secanggih apapun di jalan raya, kalau jalanan itu tidak cukup lapang untuk dilewati, kalau jalanan itu ada kendaraan lain yang tidak bisa didahului, maka pengendara hanya bisa menunggu sebentar hingga ada kesempatan untuk mendahului kendaraan di depannya.

Begitupun dalam kehidupan. Terkadang bekal dan kelebihan yang masing-masing kita punya ternyata belum cukup untuk membawa kita menuju tempat yang kita inginkan. Pikiran yang sering terdistraksi dengan pencapaian orang lain membuat kita seringkali berprasangka buruk kepada Allah. Kita melihat orang lain dengan mudahnya mendapatkan apa yang kita inginkan, ada perasaan marah mengapa kita tidak jua sampai pada ambisi itu. Hal seperti ini apabila tidak bisa kita kendalikan maka bisa membuat kita lupa diri dan memaksakan jalan yang seharusnya, kita merasa paling tahu apa yang terbaik dengan melakukan segala cara untuk melampauinya. Kita lupa bahwa di samping usaha yang maksimal masih ada faktor lain yang mempengaruhi. Mungkin belum waktunya, mungkin saja waktunya sudah memenuhi tapi belum ada kesempatan, mungkin memang kita dinilai belum mampu mengembannya atau mungkin faktor-faktor lainnya di luar kendali kita yang tidak perlu kita ketahui.

Kita bisa saja memaksakan jalan meski belum waktunya, tapi yang namanya memaksakan jalan pasti kita akan melangkah melalui jalan yang tidak seharusnya dan langkah kita akan mengganggu harmonisasi yang ada, parahnya malah bisa mengambil hak atau kepentingan orang lain.

Berdoalah sejak awal untuk diberikan yang terbaik, usahakan sebaik mungkin, lalu sisanya nikmati saja perjalanannya. Ada kalanya jalan itu sempit dan sulit. Tapi hindarilah terus terpaku melihat sempitnya jalan dan alihkan pandangan kita dengan melihat indahnya pemandangan atau betapa serunya lalu lalang di sekitar. Karena sebenarnya kita sedang menuju tempat terindah. Qadar yang terindah.

Percayalah, akan ada waktunya. Rezeki tak akan pergi. Kelak di waktu yang tepat, kesempatan itu, jalan itu, peluang itu, akan kita dapatkan.

Boalemo, 17 Oktober 2021

---------------------------------
---------------------------------

Dari Ibnu Masud radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa salam bersabda“Sesungguhnya ruh qudus (Jibril), telah membisikkan ke dalam batinku bahwa setiap jiwa tidak akan mati sampai sempurna ajalnya dan dia habiskan semua jatah rezekinya. Karena itu, bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah cara dalam mengais rezeki. Jangan sampai tertundanya rezeki mendorong kalian untuk mencarinya dengan cara bermaksiat kepada Allah. Karena rezeki di sisi Allah tidak akan diperoleh kecuali dengan taat kepada-Nya.” (HR. Musnad Ibnu Abi Syaibah 8: 129 dan Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir 8: 166, hadits shahih. Lihat Silsilah Al-Ahadits As-Shahihah no. 2866)

2 comments:

  1. Menohok sekali tulisannya. Saya sedang berada di fase tersebut, ingin melaju cepat tapi melewati garis start saja belum. Terimakasih ya sudah menyadarkan kembali, bahwa mengejar ambisi apalagi belum ada usaha maksimal, hanya akan memakan perasaan, mematikan kepercayaan pada yang Maha Baik yang efeknya merusak tubuh karena hati dan pikiran berpusar disekitar situ saja tanpa pergerakan yang pasti. Tertohok sekali saya. Terima kasih sekali lagi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama :) Senang bisa berbagi rasa dalam cerita sederhana. Terima kasih juga sudah membaca tulisan saya. Salam kenal, semoga hari-hari selanjutnya menyenangkan dan diberkahi Allah..

      Delete

Hidup Adalah Seni Menjadi Stranger (Sebuah Perjalanan Mengenal Career Class)

Saat aku udah mulai stuck , biasanya aku akan "berkelana" menjadi stranger. Masuk ke lingkungan yang benar-benar baru, nggak ada t...