Di tengah krisis kepercayaan masyarakat terhadap institusi yang menegakkan keadilan di negeri ini,
ketika ruang sidang tak lagi selalu dipercaya,
ketika vonis dianggap tak mencerminkan nurani,
dan ketika suara-suara kehilangan tempat untuk berharap,
aku ingin kamu menengok sebuah tempat kecil, tempat mencari keadilan, yang mungkin luput dari perhatian.
Tempat itu bernama Pengadilan Negeri Tilamuta (PN Tilamuta).
Apakah kamu tahu bahwa putusan sesungguhnya bukan produk hakim, melainkan disebut sebagai produk pengadilan? Maka sudah semestinya upaya mewujudkan keadilan bukan hanya semangat dari pemutus perkara secara langsung, tapi juga dari unit-unit pendukungnya.
Meminjam ungkapan Sekretaris PN Tilamuta (Bapak Juang Samadi, S.Pd., M.H.), ditambah dengan apa yang aku rasakan, menurutku PN Tilamuta itu seperti ungkapan:
"Sebelum Hakim mengetuk palu dan Panitera Pengganti menorehkan penanya, kepaniteraan telah memastikan kelengkapan berkas sidang dan kesekretariatan telah memastikan kelengkapan ruang sidang, termasuk palu dan penanya"
Tidak mudah menemukan kesatuan elemen seperti itu apabila diselami lebih dalam makna dan senyatanya.
PN Tilamuta seperti sebuah pengadilan yang mempersiapkan pengadil fokus mengadili dengan adil. Memberi sarana terbaik, juga menciptakan ruang aman dan nyaman untuk bekerja dengan baik. Aman itu berarti tidak ada intervensi dan nyaman itu berarti tidak banyak problematisasi.
Kamu mungkin tak percaya dengan apa yang aku sampaikan.
Tapi jujur, semua keluhan tentang tempat kerja yang rumit, tentang suasana kantor yang membuat sesak, tak pernah benar-benar aku rasakan.
Di sini, semua seolah berjalan sebagaimana mestinya.
Memang tak ada yang sempurna. Tapi di sini semua mengetahui dan menyadari porsinya.
Aku tidak tahu bagaimana pengalaman para pencari keadilan yang datang mencari keadilan di sini. Tapi aku pastikan selama detik pertama aku dan keempat rekanku melangkahkan kaki di sini, tak ada hal yang bisa mempengaruhi keyakinan kami. Setiap lembar yang kami bacakan adalah buah pikiran atas keyakinan kami dengan dasar hukum dan keadilan. Tentunya dengan sebaik-baiknya yang kami bisa usahakan.
Apa yang aku rasakan itu karena aku tidak berjalan sendiri.
Ada kebersamaan yang membuatku merasa ingin terus bertumbuh memberikan yang terbaik yang aku bisa.
Di sini aku mendapat dukungan dari pimpinan yang memberi ruang dan kepercayaan, teman-teman yang saling mengingatkan, juga rekan kerja yang saling menguatkan, semuanya bagian dari cahaya yang perlahan menyala dalam langkah-langkahku.
Meski Tilamuta 'hanyalah' sebuah pengadilan negeri yang jauh dari pusat keramaian,
atau mungkin membuat langkah awal terasa berat bagi mereka yang baru datang,
tapi saat kamu sudah benar-benar melihat dan merasakannya,
kamu tidak akan kehilangan harapan tentang bagaimana mewujudkan peradilan yang agung.
Tilamuta menguatkan harapan:
bahwa masih ada yang bekerja dengan hati,
yang menjunjung nilai,
dan percaya bahwa keadilan bukan sekadar produk hukum,
melainkan hasil dari kerja bersama manusia-manusia baik yang memegang teguh amanahnya.
Aku percaya kesan itu tak hanya aku rasakan sendiri tapi juga mereka yang pernah berada langsung di dalamnya, dan aku berharap nilai itu akan selalu ada di PN Tilamuta.
Jika suatu hari nanti kamu memiliki kesempatan berkunjung ke Tilamuta,
lihatlah baik-baik.
Karena di sini, harapan itu disemai
bukan dengan gegap gempita,
tetapi dalam diam, dalam dedikasi, dan dalam ketulusan yang tidak menuntut pengakuan.
Di sebuah titik kecil di peta, ada seberkas cahaya.
Cahaya itu tidak bersinar begitu saja,
tapi ia berasal dari generator yang rodanya terus berputar,
karena ada kekuatan bersama yang mengayuhnya.
Dan jika suatu saat nanti orang bertanya padaku,
“Dari mana semua harapan yang kamu sampaikan tentang peradilan yang agung itu berawal?”
Aku akan tersenyum dan berkata:
“Dari Pengadilan Negeri Tilamuta 😊”
Tilamuta, 29 Juli 2025
Kutulis dini hari seusai packing
Pada hari terakhirku bertugas di PN Tilamuta