Sunday 5 February 2017

Bersabar dalam Berdoa

Doa tanpa usaha itu bohong. Usaha tanpa doa itu sombong. Kita semua pasti punya suatu keinginan. demi mencapai keinginan itu, maka kita berusaha untuk bisa mendapatkannya. Karena segala sesuatu ini terjadi atas izin Allah, maka sudah selayaknyalah sembari berusaha kita tidak lupa berdoa.

Dalam berdoa, kita harus sabar dan ikhlas. Jangan hanya percaya kepada Allah, tapi kita juga harus mempercayakan semua urusan kita kepada Allah. Insya Allah jalannya nanti ada dan mudah.

Ada sebuah ilustrasi pendek tentang pengamen. Ibarat kita bertemu dengan seorang pengamen. Jika pengamen tersebut hanya gombrang-gambreng menyanyi tidak jelas, biasanya kita hanya memberi 500 atau 1000 atau seadanya dengan harapan ia segera pergi. Berbeda jika pengamen tersebut menggunakan musik perkusi, misalnya, atau pengamen tersebut memang memiliki suara yang merdu, dengan alunan musik yang bagus sehingga enak untuk didengarkan, terkadang kita tidak langsung memberinya uang. Tapi kita dengarkan dulu, nikmati dulu. Tidak hanya itu, terkadang kita pun request satu atau dua buah lagu. Ketika puas, akhirnya kita tidak tega hanya memberi 500, tapi malah memberi 5000, atau bahkan 50.000.

Orang berdoa juga seperti itu. Ketika belum dikabulkan, anggap saja itu karena Allah sedang rindu dengan kita. Dulu kita cuek, ibadah seadanya, namun begitu memiliki keinginan besar, barulah kita ingat lagi kepada Allah. Jika Allah langsung kabulkan, bisa jadi kita akan pergi lagi dan lupa lagi. Maka terkadang Allah mengganti dengan bentuk yang lain yang baru kita sadari itu adalah memang yang terbaik bagi kita setelah sekian lama kita menjalaninya. Terkadang Allah tidak langsung mengabulkan begitu saja walaupun itu adalah hal yang sangat mudah bagi Allah. Kun Fayakun.

Di lain sisi, mungkin kita melihat ada orang yang tidak rajin ibadah tapi hidupnya sepertinya mudah, Kembali kita ibaratkan pengamen yang asal tadi. Langsung saja diberi segala sesuatu oleh Allah. Dia kira itu nikmat padahal ujian. Jika ia terlena maka kebahagiaan itu hanyalah semu karena justru bisa membuat dia makin jauh kepada Allah.

Bicara mengenai jawaban doa, saya teringat pengalaman saya sendiri ketika begitu getolnya ingin sekali menjadi seorang dokter.


Saya memiliki cita-cita sejak kecil untuk menjadi seorang dokter. Dalam bayangan saya tidak ada pekerjaan lain yang saya impikan selain menjadi dokter, apalagi orang tua saya juga menginginkan hal yang sama. Singkat cerita, ketika saya melanjutkan kuliah, pada detik-detik terakhir, saya mendaftar SNMPTN. ujian masuk kuliah serentak nasional sekarang gatau namanya apa, saya yang dari jurusan IPA tiba-tiba Bapak menginginkan saya mendaftar dalam kelompok IPC, artinya saya bisa memilih jurusan kuliah dari IPA atau IPS.

Bapak menyarankan demikian karena melihat usaha saya mendaftar di fakultas kedokteran di semua perguruan tinggi negeri yang mengadakan ujian mandiri hasilnya nihil. Saat itu, SNMPTN adalah ujian yang dilaksanakan paling akhir. Saya yang sama sekali belum mendapatkan "kepastian masa depan" mencoba mengikuti saran Bapak. Bapak menyarankan pilihan kedua jurusan Hukum.


Biidznillah, atas izin Allah, ternyata pilihan kedua lah yang dapat meloloskan saya masuk ke perguruan tinggi. Awal kuliah rasanya saya tidak yakin, apakah ini jurusan yang baik bagi saya. Apalagi kakak tingkat waktu SMA, tidak ada yang saya temui berada di fakultas tersebut. Saya sampai berpikir, jangan-jangan jurusan ini memang jurusan yang tidak favorit. 


Setelah menjalani, ternyata saya saaaaaaangat enjoy kuliah di Fakultas Hukum. Pada semester lima, saya tertarik untuk mengambil konsentrasi Hukum Pidana. Dalam mata kuliah pilihan, ada mata kuliah Kedokteran Kehakiman, karena penasaran saya memilih mata kuliah itu. Ternyata, mata kuliah itu saya belajar langsung dari seorang dokter, saya bahkan menjalani kuliahnya di Fakultas Kedokteran, dan mahasiswa nya pun selain saya dan teman-teman, juga ada para calon dokter. Tidak hanya itu, pada suatu kompetisi simulasi persidangan, saya pernah berperan menjadi saksi ahli, sebagai dokter. Di lain kesempatan, saya mengikuti suatu kegiatan bersama relawan yang berprofesi sebagai dokter, saya bisa bertukar cerita dan tidak lupa selfie menggunakan jas dokter. hihi. 


Sekarang setelah saya berpikir, mungkin memang saya tidak akan sanggup menjadi seorang dokter. Membayangkan tugas kuliah maupun praktek teman saya yang calon dokter saja saya sudah angkat tangan. Apalagi harus menghafal begitu banyak istilah asing dan memahami tubuh manusia yang begitu rumit ini. Mungkin memang jalan saya di sini. Bergerak di bidang hukum. Satu lagi, dulu saya ingin menjadi dokter agar bisa praktek di rumah, sekarang pun saya insya Allah nanti juga bisa buka praktek di rumah, bukan menjadi seorang dokter, tetapi seorang Notaris/PPAT. aamiin.



Kita tidak pernah tahu doa yang mana, saat apa, di mana, oleh siapa, yang akan diijabahi oleh Allah. Maka dari itu apabila kita diperlakukan baik oleh  orang lain, kita doakan, diceritakan mimpi besar teman, kita doakan, melihat sesuatu bermasalah atau bahkan disakiti orang lain pun kita doakan kebaikan. Selain kita berdoa untuk diri sendiri, dengan mendoakan orang lain, malaikat akan mengaamiinkan doa-doa tersebut untuk kita sendiri. Semoga kita termasuk orang-orang yang tidak lelah berusaha dan berdoa.

Saya jadi teringat satu quote bagus yang saya suka dari Mutia Prawitasari dalam buku Teman Imaji

Saya percaya kepada tiga macam jawaban doa. Pertama. Iya, boleh. Kedua. Iya, nanti. Ketiga. Iya, tapi yang lain. Jawaban doa selalu iya.

Cerita Minggu Kedua dalam 1Minggu1Cerita
Yogyakarta, 5 Februari 2017

2 comments:

  1. katanya kata ibu saya sih, doa menguatkan kita untuk melakukan sesuatu

    ardentusstory.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. yaaaps setujuuuu :) karena kita berdoa kepada Dia Yang Maha Kuat :") btw terima kasih. ini komen pertama dalam blog saya. hha maklum newbie. #curcol

      Delete

Hidup Adalah Seni Menjadi Stranger (Sebuah Perjalanan Mengenal Career Class)

Saat aku udah mulai stuck , biasanya aku akan "berkelana" menjadi stranger. Masuk ke lingkungan yang benar-benar baru, nggak ada t...